Rabu, 25 September 2013



Saat  rumah tak memberikan kenyamanan bagimu …

BRAAAKKKK!!!
Nay membanting pintu kayu jati dengan replika tionghoa itu dengan sekuat luapan emosi nya. Dapat diibaratkan emosi nay bak sebuah batu pualam keras yang akhirnya pecah karna hentakan alam.
“Stop ngehakimin hidup gue!!! Gue tau kalian lebih tua dari gue , tapi njrriiit !!!” pekik nay dari kamar nya. Mama,bagas dan kak mila hanya bisa diam dan takut melihat amukan nay. Dari kejauhan balik tirai kamar bagas tampak oma yang menggletar ketakutan ngelihat cucunya kesetanan amarah ini.

“nay marah dengan oma? Oma hanya mengatakan itu saja kok.”
jelas suara oma berusaha menjelaskan maksudnya dengan ketakutan dan rasa bersalah.
“Diam lo,,udah tua lo tau!! Jangan pernah lo ngeinjak gue dan nenek gue sesuka hati lo aja” jawab nay lantang dan tahanan membendung air mata nya.
Kemarahan nay memuncak kala semua menghakimi nay dengan lelucon mereka dan sebuah pernyataan dari oma yus tentang nenek kartika. Yaa nenek kartika adalah seorang nenek yang amat dicintai oleh nay. Ga ada orang yang paling nay cintai di dunia nya selain nenek kartika. Tentu nay tak terima jika ada yang menghina nenek kartika,sekalipun itu papa nay sendiri. Nay bahkan berani ngebentak papa nya jika ada yang berani menyinggung nenek kartika.
sebegitunya lah nay membela nenek nya itu..
***
Nay begitu ia biasa dipanggil, adalah seorang gadis belia 20 tahun yang berperawakan pendiam,kaku,lebih banyak mengalah dan suatu kala ia bisa menjadi singa buas yang memakan mangsanya yang kurang ajar.sering merasa tersuduti oleh keluarga nya sendiri dan menyimpan sejuta emosional yang suatu saat bisa meledak jika ada yang menyulutnya. Sebenarnya gadis ini jarang sekali untuk marah bahkan beberapa kali ia disakiti pun oleh kata-kata orang nay tak pernah membalasnya.dan jika nay sampai marah ini merupakan puncak dari segalanya.
Hari tampak sudah kelam dan menyembunyikan sang mentari. Tapi nay masih saja diam dan marah dengan orang di rumahnya. Bagi nay rumah nya itu sebuah kubus megah yang dihiasi oleh makhluk jahat yang terperangkap dalam raga manusia. Sebegitunya nay marah pada mereka.

“nay,jangan kau bela nenek mu itu.. dia racun buat kau nay” tunjuk oma yus pada nay.

nay hanya lari dan menangis sembari memanggil nenek kartika. Berharap nenek ada menjemput dan memeluknya. Kali ini nay tak melawan,ia merasa sia-sia untuk semua ini. Terbesit dalam pikiran nay bahwa ia ingin meninggalkan rumah tapi ia tak punya daya untuk bertahan di luar sana..
Sesekali nay menghentakkan tubuhnya diatas ranjang dengan ornament bunga keunguan sambil memandang sebuah foto yang ada di selip sebuah buku milik nay. Sambil memandang foto wajah nenek kartika nay terus mengelus foto tersebut,seakan foto itu hidup dan merasakan sentuhan halus jari-jari mungil nay.

“Kenapa kita dipisahkan nek? Aku sayang nenek”
rintih nay menangis sembari menggigit bibirnya.  13 tahun sudah nay diasuh dan dibesarkan oleh nenek kartika di solo pasca kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai. Itulah yang membuat nay mencintai nenek nya itu.. baginya nenek kartika adalah orang nomor satu di hidupnya tak ada yang lain.
Berbagai nasihat,omelan,banyolan,tawa,pilu,kehangatan,pelukan serta kasih sayang hanya ia dapat dari nenek kartika,tak ada orang lain sekalipun orang tua nay masih hidup. Setelah nay berusia 18 tahun,nay diambil asuh oleh papa nya. Berontakan,amarah serta penolakan sudah nay lontarkan tapi apa daya papa nay orang yang amat keras. Bagaikan kertas yang hanyut di sungai nay hanya bisa mengikuti aliran deras arus ini hingga ia terhanyut di dalam nya. Ia tak bisa lagi melawan kemauan papa nya. Nay pun akhirnya pindah ke Palembang setelah lulus SMA.

“nek,nay pamit pergi yaa? Nay ikut papa nek..”
rintih nay tak sanggup untuk pisah dengan nenek nya itu.

“nay pergi ninggalin nenek ia.. kapan nay kesini lagi?
peluk nenek pada nay dengan mata berkaca-kaca. Sesekali nay mencium aroma nenek kartika yang khas dari balik pelukannya. Mungkin hanya itu yang dapat nay lakukan saat ini untuk sebuah perpisahan yang dimana tak pernah ia inginkan.
“tenang nek,liburan nnti nay janji jenguk nenek kok. Tunggu nay yaa nek”
hibur nay sesaat sembari tersenyum menguatkan hatinya.
“Sudah siap nay? Kita hampir telat.. buk kami pamit ya. Terima kasih sudah merawat nay selama ini buk”
 sambar papa nay meminta izin pada ibunya itu dengan perawakan tinggi,kuruskulit kecoklatan dengan kacamata gentle nya..

“Iaa rid. Bawalah nay. Jaga nay anakmu “
“nekk.. peluk nay nek sekali lagi”
pinta nay dengan rintihan air mata yang sudah membasahi baju daster nenek kartika itu sambil memegang erat baju nenek seakan tak mau melepas nya. Dan nenek hanya dapat memeluk dan mencium cucunya itu untuk perpisahan ini.
Dengan air mata yang tiada henti,nay tak berani melihat nenek nya itu. Nay tak dapat menyembunyikan kesedihan nya ini. Bagaimana bisa ia dipisahkan dengan orang yang sudah lama mengasuhnya lebih dari orang tua nya sendiri. Begitu perih dan sedih saat akan perpisahan ini. Disaat mobil akan melaju,nay hanya bisa melihat nenek dari balik kaca mobil.dengan suasan haru ia tersenyum dan melambaikan tangan nya dan bertekad “nay akan kembali untuk nenek.tunggu nay nek. Nay janji” begitulah tekad gadis belia ini dalam hati kecilnya.
***
Sesampainya nay di Palembang ia dipilihkan sebuah kampus terbaik oleh papa nya.
“nay papa ingin kamu kuliah ekonomi bisnis disini.. papa yakin masa depan kamu akan bagus nay”
senyum papa dalam keambiusan nya. Tapi nay hanya diam dan tak merespon nya. Bagi nay papa seperti komandan militer yang sesuka hati mengatur prajurit perang nya, yaa benar nay adalah prajurit papa yang kini terperangkap dalam rumahnya.

“Nay,kamu tidak mendengarkan papa ya!!”
bentak papa yang kesal melihat nay yang tak menggubris omongan nya.

“Emang harus ya papa atur semua kehidupan nay? Harus yaa pa..
sontak nay menatap papa nya dengan wajah letih,gusar,marah,sedih.

“Kamu melawan sama papa,astaga anak ini!!”

“aku ga melawan papa, aku hanya bertanya pa! apa dengan semua kehendak,kuasa dan mau papa, papa atur semua kehidupan aku tanpa pernah papa bertanya apa mau aku? Gimana perasaan aku? Pernah ga papa peduliin hal ini pada aku!! Jawab lah pa!!”
jawab nay dengan emosional. Seakan nay tak mengerti lagi dengan hidup nya ini.

“Sudah,papa tak mau dengar perlawanan bodoh kamu ini. Pokoknya kamu ikutin yang papa beri. Ini demi kebaikan kamu kelak!”
bentak papa keras pada nay dengan suara yang menggelegar seakan menghoyakkan semua perasaan nay.

Nay hanya lari ke kamar dan menyudut sendirian,memikirkan bagaimana kabar nenek kartika? Sudahkah nenek makan? Tanpa perlu ia mengingat tekanan yang nay terima selama ini.
terkadang nay berpikir untuk apa dan siapa nay hidup..
di satu sisi nay juga teringat bagaimana kabar mama nya yang sibuk bekerja seharian dan sesaat terlupa memiliki beberapa anak korban perceraian nya sendiri.
bagaimana kabar kak mila, kakak nay yang kini bekerja di salah satu bank swasta dan diasuh oleh mama. gimana juga kabar bagas adik bungsu nay yang kini sekolah 2 SMA yang diasuh juga oleh mama. Hanya nay sendiri yang baru dapat diasuh oleh papa nya,selebihnya nay diasuh oleh nenek kartika di Solo.
Terkadang nay tertawa kecil menyaksikan kehidupan nya seperti ini dan sesekali tanpa bosan bertanya
“Tuhan.. inikah hidup yang kau takdirkan padaku?”

Seminggu sudah nay menapakkan raganya di Palembang,ia pun mulai masuk perkuliahan yang menurutnya itu suatu bidang yang ia tidak sukai. Nay hobi melukis.. papa pernah bilang bahwa melukis takkan menjamin masa depan nay, bahkan dulu kanvas kuas serta cat air nay pernah di buang oleh papa.  Dan ia berhenti berharap untuk menjadi pelukis. Padahal nenek kartika sering memuji lukisan nya.. semua hari-hari nya ia jalani dengan flat tanpa harmonisasi keceriaan remaja pada umum nya,nay begitu grutu dengan semua ini. Bahkan ia merasa seperti robot yang bergerak dengan kendali sebuah remote control.  Sadis..
itu yang nay pikirkan

Sesampai dirumah saat pulang kuliah nay hanya sesekali melihat papa. Papa selalu pulang larut malam. Jika pun ia melihat papa,nay tak mau menyapa papa nya itu. Ia melihat papa hanya sibuk dan konsen penuh  berkutak-katik depan laptopnya dan dengan dering handphone yang memanggil tiada henti. Yaa mungkin pekerjaan adalah satu hal mutlak yang terpenting bagi papa. Dan nay hanya sampingan saja.. begitulah krisis kepercayaan diri yang nay miliki saat ini.

Masuk dalam kamar nya sesekali nay menelpon nenek kartika dan mendengarkan dawaian lembut suara nenek tercinta nya itu.. saat-saat inilah yang membuat jiwa nay tenang. Dan nay terlarut dalam kerinduan..

“Andai saja kita bisa bersama lagi yaa nek? Nay janji akan bawa nenek tinggal bersama nay”
ucap nay dari telepon.. tiada henti nay mengucapkan hal ini pada nenek kartika.

“Iaa nay, cucuk ku cinta ku sayang ku.. doakan saja nenek mu ini umur nya panjang yaa”
canda nenek dengan tawa dan sesekali terbatuk karna usia nya yang sudah cukup tua itu.

“Iihhh nenek gitu ngomongnya ke nay. Pasti kita bersama lagi yaa nek”
pinta nay penuh dengan manja. Didalam hati nay tanpa tak sanggup menahan air mata yang perlahan menetes begitu saja.

“nay sehatkan nak? Nenek rindu nay kalau pulang sekolah seperti dulu”
“nay sudah kuliah sekarang nek. Nay baik kok nek. Nenek sehatkan? Masak apa nenek? Lagi apa nenek?
beruntun pertanyaan yang nay lontarkan pada si nenek,seakan tak sabar ingin mengetahui kabar dari nenek.
***

Selang waktu beberapa bulan nay dipanggil papa dengan terburu-buru. Hal ini membuat nay cemas. Apa yang ingin papa sampaikan padanya? Rencana apa lagi yang papa atur buat dirinya?
“nay sepertinya kamu harus tinggal bersama mama mu nay. Soalnya papa harus pindah tugas ke tanjung pinang”
tegas papa pada putrinya itu

“maksud nya,aku tinggal dengan mama gitu?”
nay masih tak percaya.. seakan seenak nya saja para dewasa ini mengoper dirinya kesana kemari.

“ia nay.. tidak ada jalan lain. Kamu ngerti kan nay?”

“gimana kalau aku balik ke Solo,aku mau balik pada nenek aja pa.”
nay memohon pada papa nya.

“tidak,itu tidak mungkin. Kuliah kamu gimana?”
nay hanya diam dan tak bisa menyangkal papa nya lagi.

“iaa pa, nay mengerti maksud papa”

Dalam beranda dengan luapan angin di senja hari nay memandang langit dan membayangkan wajah nenek kartika. Dalam sekejap ia teringat bahwa ia akan diambil oleh mama nya.
“hidup ku bagaikan permainan bola kaki ya, ditendang sana ditendang sini. Tapi bola ini tak dapat menentukan kemana ia mau memantul sesuka nya.
***
Dari kejauhan nay melihat mama dan bagas sudah menjemput dirinya. Entah seperti apa hidup nay setelah ini.
“nay,nay anak mama.. ayo nak. Mana barang-barang kamu? Sudah bereskan?”
“ya ma”
singkat jawab nay

“ehh nay napa lu lesu gitu? Wah bakalan rame nih”
goda bagas nyeleneh.

“emang lu pikir gue seneng?”
ketus nay

“sudah jangan ribut! Nay ayo ke mobil sekarang, dan bagas kamu bantuin nay angkat barang-barang nya ke bagasi.”
mama amat terburu-buru dan segara memboyong anaknya. Mama tak nyaman berlama-lama di rumah mantan suaminya itu.
Di rumah nnti nay akan tinggal bersama mama,bagas,kak mila dan oma yus.
oma yus yang kurang disenangi oleh nay. Bagi nya oma yus amat berbeda dengan nenek kartika, nenek yus selalu keras dan terkadang sedikit kasar dalam berbicara. Itu yang memebuat nay tak betah berada dirumah mama nya. Sesampai di rumah nay sudah disambut oleh pma yus.

“nay,gimana kabar mu? Tinggal di solo kemarin gmana?”
Tanya oma yus dengan lirikan tajam kepada nay

“ga gimana-gmana kok oma. Malah aku lebih bahagia disana”
senyum nay sedikit

“tapi menurut oma,kamu lebih baik disini. Disana pasti kamu dimanja tak menentu. Oma yakin itu”
pernyataan oma membuat nay marah dan menggrutu dalam hatinya, belum berapa jam nay disini ia sudah ingin kabur dari sangkar mama nya ini.

“jangan sok tau yaa oma.. nenek aku lebih baik dari kalian semua”

entah sampai kapan nay harus seperti ini, bertinggalkan dengan amarah dan kebencian yang dibuat orang sekitarnya. Sekiranya kenyamanan lah yang membuat kita bahagia. Dimana pun itu. Sama hal nya dengan nay, iaa lebih bahagia, nyaman tinggal bersama nenek kartika di solo kampung terpencil seperti kemarin-kemarin ini..

1 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.